ORANG BIJAK HARUS OPTIMIS


Kamis, 03 Mei 2012

FIlsafat Ilmu


MENGERTI BERARTI MEMAAFKAN SEGALANYA

Oleh: Haryanto
NIM:11.61.0406



            Dalam zaman yang sudah dikatakan edan orang kadang sulit untuk mementingkan kehidupan bersama. Yang ada dalam kehidupan,  sebagian besar  orang,  berusaha untuk memenuhi kepentingan pribadi. Kalau sudah begitu berbagai macam cara ditempuh tanpa memperdulikan etika, tatanan, dan akibat yang ditimbulkan, khususnya kepada orang lain. Kadang orang menjadi tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti atas tindakan tersebut.  Namun dari orang yang suka “ngedan” lebih beruntung yang “eling dan waspodo”. Maka sebagai wong cilik lebih baik ngeli saja tetapi bukan berarti ikut keli. Sebab jika tidak begitu yang rugi diri sendiri. Tak ada gunanya kita mentang-mentang
          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengerti atau tahu dimaknai  memaklumi; menyadari; menginsyafi. Berarti orang yang melakukan perbuatan atau tindakan, apa pun kecilnya dan bentuknya harus menyadari dan memaklumi tindakannya akan merugikan orang lain atau tidak. Atau sebaliknya; jika orang lain melakukan sesuatu yang kiranya tidak sesuai dengan hati dan perasaan kita maka kita pun harus menginsyafi. Konsekwensinya kata maaf harus didahulukan. Maaf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti membebaskan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan (tuntutan, denda dsb). Ujungnya sebenarnya kehidupan ini harus saling nrimo ing pandum dan  pasrah ngallah untuk menumbuhkan keharmonisan hidup dan kehidupan.
          Orang dikatakan mengerti berarti memahami dan menerima apa adanya  setiap kekurangan dan kelebihan baik diri sendiri maupun orang lain. Dalam kehidupan orang yang miskin, orang dapat dikatakan  mengerti berarti tidak pernah mengeluh terhadap apa yang ditimpakan kepadanya, tidak menyalahkan Tuhan sebagai sang pencipta dan mampu menjalani dan memahami hidup apa adanya dengan kesederhanaan dan kesabaran. Semua sebagai ujian agar bekerja keras dan mampu memahami dibalik kekurangan pasti ada hikmah tersembunyi. Pepatah klasik Allah memberikan suatu kesukaran pasti ada maksud tertentu, yang manusia tidak mungkin bisa menduganya. Sebab semua adalah rahasia Allah semata.
Sulit memang menempatkan hati pada kesabaran dan keikhlasan, jika hal itu masih dihadapkan dengan kenyataan serba kekurang adaan. Ditambah lagi keadaan suami belum mendapatkan pekerjaan,  sementara kebutuhan pokok makan dan kebutuhan anak untuk sekolah semakin membebani dan tidak bias ditunda setiap hari. Jika tidak ada kesabaran maka suamilah menjadi sasaran, jika pun suami hanya pasrah kepada Allah, maka makian dan hujatan akan tertuju pada suami bahwa tidak ada gunanya sembahyang siang malam. Sebab kenyataan tidak bisa mengubah nasib. Dan itu biasanya ditumpahkan seorang istri, yang kadangkala  tidak kuat menghadapi godaan. Maka muncullah bentuk kesyirikan, penyekutuan Allah. Kadang orang tidak menyadari semua hidup adalah ujian dan manusia dituntut untuk mengerti lalu bersabar dan bisa memaafkan kekurangan .
          Sementara itu jika kehidupan telah kaya, orang tidak mau mengerti jati dirinya. Dengan uang dan kedudukannya berbuat apa saja. Ketaatan dan keadilan hanya diberlakukan untuk orang sebaya atau selevel. Selebihnya menganggap orang lain sebelah mata. Orang mudah marah terhadap pembantu yang berbuat kesalahan atau sekedar ditimpakan kesalahan. Majikan tidak mau mengerti dan tidak mau memahami apa yang telah dilakukan adalah sebuah kesalahan. Dikira dengan memberi gaji bulanan telah memberikan ketenangan dan bertindak semaunya. Tidakkah ingat juga harta yang telah didapat  ada sebagian milik orang lain. Uang  bisa digunakan untuk semaunya. Dengan uang tidak boleh semena-mena kepada orang lain.
          Orang diminta mengerti memang sulit, karena  harus memerlukan pemikiran jernih, waktu khusus, dan kematangan nurani. Sikap dan pengaruh Egoisme harus disingkirkan jauh-jauh untuk membuang kerunyaman yang lebih jauh. Dalam prinsip jawa “perlu adanya Andap Asoring  manah, wani ngalah luhur wekasane.” Artinya mengalah bukan berarti kalah. Semua demi keluhuran budi  dan menjaga ketenteraman dan kedamaian dalam menjalani kehidupan. Tak ada rasa srei, drengki, jail, metakil. Semua perbedaan dan kekurangan adalah keindahan cakrawala yang selalu diisi dan mengisi ruang yang kurang  sehingga manusia akan selalu mencari kesempurnaan hidup demi kebaikan di dunia dan akhirat.
          Memang kadang kala kita sudah mencoba untuk mengerti, tetapi orang tidak mau memahami apa maksud kita yang sangat halus. Orang seolah-olah sudah kehilangan jati diri dan homo sociusnya. Yang ada adalah homo homini lupus, merasa orang lain tidak ada gunanya. Jika sudah seperti itu kehidupan tak ubahnya di rimba raya modern. Orang tidak lagi berpedoman pada budaya dan justru menghilangkan budaya sendiri demi kebutuhan sesaat dan biar dicap modern.  Dalam menghadapi kehidupan yang semakin tidak menentu ini, ada baiknya kita merenung, menggali kembali ajaran-ajaran  bijak generasi pendahulu kita yang mungkin akan sangat berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang ini. Ajaran dalam kitab-kitab tidak hanya diperuntukkan untuk orang Jawa saja, tetapi bias bermanfaat bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya.

0 komentar:

Posting Komentar

FIlsafat Ilmu

Bookmark and Share

MENGERTI BERARTI MEMAAFKAN SEGALANYA

Oleh: Haryanto
NIM:11.61.0406



            Dalam zaman yang sudah dikatakan edan orang kadang sulit untuk mementingkan kehidupan bersama. Yang ada dalam kehidupan,  sebagian besar  orang,  berusaha untuk memenuhi kepentingan pribadi. Kalau sudah begitu berbagai macam cara ditempuh tanpa memperdulikan etika, tatanan, dan akibat yang ditimbulkan, khususnya kepada orang lain. Kadang orang menjadi tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti atas tindakan tersebut.  Namun dari orang yang suka “ngedan” lebih beruntung yang “eling dan waspodo”. Maka sebagai wong cilik lebih baik ngeli saja tetapi bukan berarti ikut keli. Sebab jika tidak begitu yang rugi diri sendiri. Tak ada gunanya kita mentang-mentang
          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengerti atau tahu dimaknai  memaklumi; menyadari; menginsyafi. Berarti orang yang melakukan perbuatan atau tindakan, apa pun kecilnya dan bentuknya harus menyadari dan memaklumi tindakannya akan merugikan orang lain atau tidak. Atau sebaliknya; jika orang lain melakukan sesuatu yang kiranya tidak sesuai dengan hati dan perasaan kita maka kita pun harus menginsyafi. Konsekwensinya kata maaf harus didahulukan. Maaf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti membebaskan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan (tuntutan, denda dsb). Ujungnya sebenarnya kehidupan ini harus saling nrimo ing pandum dan  pasrah ngallah untuk menumbuhkan keharmonisan hidup dan kehidupan.
          Orang dikatakan mengerti berarti memahami dan menerima apa adanya  setiap kekurangan dan kelebihan baik diri sendiri maupun orang lain. Dalam kehidupan orang yang miskin, orang dapat dikatakan  mengerti berarti tidak pernah mengeluh terhadap apa yang ditimpakan kepadanya, tidak menyalahkan Tuhan sebagai sang pencipta dan mampu menjalani dan memahami hidup apa adanya dengan kesederhanaan dan kesabaran. Semua sebagai ujian agar bekerja keras dan mampu memahami dibalik kekurangan pasti ada hikmah tersembunyi. Pepatah klasik Allah memberikan suatu kesukaran pasti ada maksud tertentu, yang manusia tidak mungkin bisa menduganya. Sebab semua adalah rahasia Allah semata.
Sulit memang menempatkan hati pada kesabaran dan keikhlasan, jika hal itu masih dihadapkan dengan kenyataan serba kekurang adaan. Ditambah lagi keadaan suami belum mendapatkan pekerjaan,  sementara kebutuhan pokok makan dan kebutuhan anak untuk sekolah semakin membebani dan tidak bias ditunda setiap hari. Jika tidak ada kesabaran maka suamilah menjadi sasaran, jika pun suami hanya pasrah kepada Allah, maka makian dan hujatan akan tertuju pada suami bahwa tidak ada gunanya sembahyang siang malam. Sebab kenyataan tidak bisa mengubah nasib. Dan itu biasanya ditumpahkan seorang istri, yang kadangkala  tidak kuat menghadapi godaan. Maka muncullah bentuk kesyirikan, penyekutuan Allah. Kadang orang tidak menyadari semua hidup adalah ujian dan manusia dituntut untuk mengerti lalu bersabar dan bisa memaafkan kekurangan .
          Sementara itu jika kehidupan telah kaya, orang tidak mau mengerti jati dirinya. Dengan uang dan kedudukannya berbuat apa saja. Ketaatan dan keadilan hanya diberlakukan untuk orang sebaya atau selevel. Selebihnya menganggap orang lain sebelah mata. Orang mudah marah terhadap pembantu yang berbuat kesalahan atau sekedar ditimpakan kesalahan. Majikan tidak mau mengerti dan tidak mau memahami apa yang telah dilakukan adalah sebuah kesalahan. Dikira dengan memberi gaji bulanan telah memberikan ketenangan dan bertindak semaunya. Tidakkah ingat juga harta yang telah didapat  ada sebagian milik orang lain. Uang  bisa digunakan untuk semaunya. Dengan uang tidak boleh semena-mena kepada orang lain.
          Orang diminta mengerti memang sulit, karena  harus memerlukan pemikiran jernih, waktu khusus, dan kematangan nurani. Sikap dan pengaruh Egoisme harus disingkirkan jauh-jauh untuk membuang kerunyaman yang lebih jauh. Dalam prinsip jawa “perlu adanya Andap Asoring  manah, wani ngalah luhur wekasane.” Artinya mengalah bukan berarti kalah. Semua demi keluhuran budi  dan menjaga ketenteraman dan kedamaian dalam menjalani kehidupan. Tak ada rasa srei, drengki, jail, metakil. Semua perbedaan dan kekurangan adalah keindahan cakrawala yang selalu diisi dan mengisi ruang yang kurang  sehingga manusia akan selalu mencari kesempurnaan hidup demi kebaikan di dunia dan akhirat.
          Memang kadang kala kita sudah mencoba untuk mengerti, tetapi orang tidak mau memahami apa maksud kita yang sangat halus. Orang seolah-olah sudah kehilangan jati diri dan homo sociusnya. Yang ada adalah homo homini lupus, merasa orang lain tidak ada gunanya. Jika sudah seperti itu kehidupan tak ubahnya di rimba raya modern. Orang tidak lagi berpedoman pada budaya dan justru menghilangkan budaya sendiri demi kebutuhan sesaat dan biar dicap modern.  Dalam menghadapi kehidupan yang semakin tidak menentu ini, ada baiknya kita merenung, menggali kembali ajaran-ajaran  bijak generasi pendahulu kita yang mungkin akan sangat berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang ini. Ajaran dalam kitab-kitab tidak hanya diperuntukkan untuk orang Jawa saja, tetapi bias bermanfaat bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar


Followers

 

Blog Haryanto | Copyright © 2011
Designed by Rinda's Templates | Picture by Wanpagu
Template by Blogger Platform