MENGERTI BERARTI MEMAAFKAN SEGALANYA
Oleh: Haryanto
NIM:11.61.0406
Dalam zaman yang sudah dikatakan edan orang kadang sulit untuk mementingkan kehidupan bersama. Yang
ada dalam kehidupan, sebagian besar orang, berusaha untuk memenuhi kepentingan pribadi.
Kalau sudah begitu berbagai macam cara ditempuh tanpa memperdulikan etika,
tatanan, dan akibat yang ditimbulkan, khususnya kepada orang lain. Kadang orang
menjadi tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti atas tindakan tersebut. Namun dari orang yang suka “ngedan” lebih
beruntung yang “eling dan waspodo”. Maka sebagai wong cilik lebih baik ngeli saja tetapi bukan berarti ikut keli.
Sebab jika tidak begitu yang rugi diri sendiri. Tak ada gunanya kita mentang-mentang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengerti atau tahu dimaknai
memaklumi; menyadari; menginsyafi.
Berarti orang yang melakukan perbuatan atau tindakan, apa pun kecilnya dan
bentuknya harus menyadari dan memaklumi tindakannya akan merugikan orang lain
atau tidak. Atau sebaliknya; jika orang lain melakukan sesuatu yang kiranya
tidak sesuai dengan hati dan perasaan kita maka kita pun harus menginsyafi.
Konsekwensinya kata maaf harus didahulukan. Maaf menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti membebaskan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan
(tuntutan, denda dsb). Ujungnya sebenarnya kehidupan ini harus saling nrimo ing pandum dan pasrah
ngallah untuk menumbuhkan keharmonisan hidup dan kehidupan.
Orang dikatakan mengerti berarti memahami dan menerima apa
adanya setiap kekurangan dan kelebihan
baik diri sendiri maupun orang lain. Dalam kehidupan orang yang miskin, orang dapat
dikatakan mengerti berarti tidak pernah
mengeluh terhadap apa yang ditimpakan kepadanya, tidak menyalahkan Tuhan
sebagai sang pencipta dan mampu menjalani dan memahami hidup apa adanya dengan
kesederhanaan dan kesabaran. Semua sebagai ujian agar bekerja keras dan mampu
memahami dibalik kekurangan pasti ada hikmah tersembunyi. Pepatah klasik Allah
memberikan suatu kesukaran pasti ada maksud tertentu, yang manusia tidak
mungkin bisa menduganya. Sebab semua adalah rahasia Allah semata.
Sulit
memang menempatkan hati pada kesabaran dan keikhlasan, jika hal itu masih
dihadapkan dengan kenyataan serba kekurang adaan. Ditambah lagi keadaan suami belum
mendapatkan pekerjaan, sementara
kebutuhan pokok makan dan kebutuhan anak untuk sekolah semakin membebani dan
tidak bias ditunda setiap hari. Jika tidak ada kesabaran maka suamilah menjadi
sasaran, jika pun suami hanya pasrah kepada Allah, maka makian dan hujatan akan
tertuju pada suami bahwa tidak ada gunanya sembahyang siang malam. Sebab
kenyataan tidak bisa mengubah nasib. Dan itu biasanya ditumpahkan seorang
istri, yang kadangkala tidak kuat
menghadapi godaan. Maka muncullah bentuk kesyirikan, penyekutuan Allah. Kadang
orang tidak menyadari semua hidup adalah ujian dan manusia dituntut untuk
mengerti lalu bersabar dan bisa memaafkan kekurangan .
Sementara itu jika kehidupan telah kaya, orang tidak mau
mengerti jati dirinya. Dengan uang dan kedudukannya berbuat apa saja. Ketaatan
dan keadilan hanya diberlakukan untuk orang sebaya atau selevel. Selebihnya menganggap orang lain sebelah mata. Orang mudah
marah terhadap pembantu yang berbuat kesalahan atau sekedar ditimpakan
kesalahan. Majikan tidak mau mengerti dan tidak mau memahami apa yang telah
dilakukan adalah sebuah kesalahan. Dikira dengan memberi gaji bulanan telah
memberikan ketenangan dan bertindak semaunya. Tidakkah ingat juga harta yang telah
didapat ada sebagian milik orang lain. Uang bisa digunakan untuk semaunya. Dengan uang
tidak boleh semena-mena kepada orang lain.
Orang diminta mengerti memang sulit, karena harus memerlukan pemikiran jernih, waktu
khusus, dan kematangan nurani. Sikap dan pengaruh Egoisme harus disingkirkan
jauh-jauh untuk membuang kerunyaman yang lebih jauh. Dalam prinsip jawa “perlu adanya Andap Asoring manah, wani ngalah luhur wekasane.”
Artinya mengalah bukan berarti kalah. Semua demi keluhuran budi dan menjaga ketenteraman dan kedamaian dalam
menjalani kehidupan. Tak ada rasa srei,
drengki, jail, metakil. Semua perbedaan dan kekurangan adalah keindahan
cakrawala yang selalu diisi dan mengisi ruang yang kurang sehingga manusia akan selalu mencari
kesempurnaan hidup demi kebaikan di dunia dan akhirat.
Memang kadang kala kita sudah mencoba untuk mengerti,
tetapi orang tidak mau memahami apa maksud kita yang sangat halus. Orang
seolah-olah sudah kehilangan jati diri dan homo sociusnya. Yang ada adalah homo
homini lupus, merasa orang lain tidak ada gunanya. Jika sudah seperti itu
kehidupan tak ubahnya di rimba raya modern. Orang tidak lagi berpedoman pada
budaya dan justru menghilangkan budaya sendiri demi kebutuhan sesaat dan biar
dicap modern. Dalam menghadapi kehidupan
yang semakin tidak menentu ini, ada baiknya kita merenung, menggali kembali
ajaran-ajaran bijak generasi pendahulu
kita yang mungkin akan sangat berguna bagi kehidupan masyarakat sekarang ini.
Ajaran dalam kitab-kitab tidak hanya diperuntukkan untuk orang Jawa saja,
tetapi bias bermanfaat bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya.
0 komentar:
Posting Komentar