Oleh: Haryanto
Seiring dengan padatnya aktivitas manusia karena rutinitas
kerja maka kebutuhan untuk mencari tempat refresing semakin dibutuhkan. Tempat
refresing atau berlibur bukanlah swalayan, hotel, atau keramaian kota . Tujuan yang dicari
adalah tempat yang natural, alami, alam, yang bisa membuang kejenuhan karena
(terutama pebisnis) hampir 24 jam waktunya digunakan untuk duduk dikantor
dengan segudang pekerjaan atau berkas kertas-kertas. Tak heran waktu libur akan
sangat bermanfaat dan kadang ekstremnya tidak
boleh diganggu karena ingin bersama keluarga membangun kemesraan sambil membuang penat.
Untuk mencukupi
kebutuhan mereka diperlukan informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik,
sarana yang tersedia seperti transportasi untuk mencapai daerah tujuan wisata,
produk wisata yang diminati dan lain sebagainya. Untuk memperoleh informasi
tersebut wisatawan sering mengalami kesulitan karena tidak mengetahui dimana
dan pada siapa harus meminta informasi. Singkatnya kebutuhan informasi di
bidang pariwisata meningkat dan perlu disiapkan dengan rapi dan terstruktur
agar dapat diakses dengan mudah.
Selama ini obyek-obyek wisata di Jawa Tengah hanyalah Candi
Borobudur, Lawang Sewu, Gedong Songo dan lain sebagainya. Padahal yang
dibutuhkan wisatawan kadang bukan ketenarannya, karena mereka biasanya sudah sering mengunjungi tetapi yang diutamakan biasanya bagaimana bisa
membangun keakraban dengan anak-anak mereka. Maka obyek wisata yang mereka cari bukanlah yang
jaraknya jauh atau prestise tetapi
justru yang bisa membangkitkan kegembiraan dan keceriaan anak-anak
mereka. Obyek tersebut semacam permainan/wahana air atau kebun binatang. Namun
informasi tersebut kadang kurang lengkap
dan akurat. Misalnya fasilitas kuliner, belanja, dan penginapan.
Selain kebutuhan wisatawan akan informasi yang lengkap,
akurat dan mudah didapat, maka pihak lain yang juga membutuhkan data dan
informasi tersebut adalah pihak pengelola industri pariwisata dan pemerintah
sebagai pihak pengambil keputusan dan penentu kebijakan di bidang pariwisata. Namun
penekanan kebutuhan data dan informasi bagi masing-masing pihak berbeda. Jika
bagi wisatawan adalah untuk memudahkan mereka menentukan rencana perjalanan
wisatanya sementara bagi industri pariwisata dan pemerintah, adanya sistem
informasi yang baik sangat membantu mereka untuk tujuan pengambilan keputusan. Suatu Sistem Informasi Manajemen
dapat membantu kedua pihak terakhir.
Selama
ini pariwisata di beberapa daerah di Jawa Tengah jika dibandingkan dengan
Provinsi Yogyakarta atau provinsi Jawa
Barat begitu terpuruk. Lihat saja
bagaimana buruknya kondisi Maerokoco (miniaturnya Jawa Tengah); obyek wisata
Pantai Marina di Tanjung Emas. Kita pun dapat menilai dari saat-saat liburan
sekolah. Bus-bus pariwisata tak sepadat ketika masuk ke kedua provinsi
tersebut. Padahal Semarang misalnya,
mempunyai Lawang Sewu, Kota Semarang Lama, musium Roggowarsito, Sam poo Kong,
Masjid Agung Jateng, Gereja Blenduk, Vihara watu Gong dan sebagainya.
Sejalan
dengan keinginan pemerintah khususnya pemerintah kota
Semarang dan
pemerintah Provinsi jawa Tengah untuk memajukan industri pariwisata maka
tentunya ada keinginan besar untuk menata informasi data pariwisata
sebaik-baiknya agar masyarakat yang membutuhkan dapat memperoleh informasi dengan
cepat, akurat dan dapat disebarluaskan dengan mudah pula.
Disamping
kesiapan dari sistem pengelola data maka orang yang membangun struktur sistem
informasi ini harus benar-benar mengerti kebutuhan pengguna data tersebut
karena informasi pariwisata memiliki karakteristik data yang sangat beragam,
seperti obyek dan daya tarik, data hotel, data sarana transportasi dan
data-data faislitas lain, hingga ke data statistik seperti jumlah wisatawan dan
pemandu wisatanya, perlu dikelola secara terintegrasi. Data-data ini juga
sangat dinamis, sehingga kompleks dalam pemilahannya serta harus diperhatikan
masalah keakuratan atau kebenaran datanya. Kegunaan dari setiap data juga harus
diperhatikan berdasarkan segmen pasar penggunanya.
Dari
sekian banyak teknologi informasi seperti di atas yang dapat diakses dengan
mudah dan cepat adalah internet. Dengan
keberadaan internet, pengguna dapat meminta informasi pariwisata untuk suatu
daerah dengan hanya mengetikkan nama lokasi alamat internet. Lalu pengguna
dapat memilih obyek wisata sesuai kebutuhan dan keinginan yang mungkin bisa
berubah setiap saat, Misalnya pengguna sebenarnya ingin ke lokasi X tetapi ketika mengakses jumlah pengunjung
sudah begitu padat. Padahal yang diinginkan adalah ketenangan dan kepuasan,
maka sang pengguna dapat mengakses lagi obyek yang pengunjungnya tidak begitu
banyak sehingga dapat enjoy dan
betul-betul menikmati liburan bersama keluarga..
Selain
sebagai media penyedia informasi internet juga dapat memudahkan wisatawan untuk
berinteraksi dengan operator pariwisata yang dikehendakinya. Antara lain untuk
kepentingan pemesanan kamar hotel, tiket perjalanan, tiket pertunjukan dan
mengakses segala kebutuhan informasi pariwisata lainnya sehingga sangat
memudahkan dan menghemat biaya serta menghemat waktu karena tidak perlu pergi
sendiri ke tempat penjualannya. Walaupun demikian, sampai saat ini operator
pariwisata yang telah memanfaatkan internet untuk melayani pelanggannya masih
sangat sedikit. Apalagi obyek-obyek yang belum berskala internasional. Paling-paling kontak hanya
melaui person itupun melaui jasa operator.
Oleh
karena itu, tampilan kepariwisataan yang
sudah tersedia saat ini, tidak banyak bermanfaat bagi wisatawan, karena yang
ditampilkan bukanlah yang dibutuhkan, terlalu umum atau bahkan tidak akurat
karena ditampilkan ketika wisatawan sudah berada di tempat. Misalnya jika kita
ke obyek candi atau kebun binatang, data kepariwisataan ditulis dalam sebuah
baliho atau papan pengumumannya. Bahkan yang paling menyedihkan seperti pernah
dilansir TV swasta nasional, obyek wisata bledug Kuwu di Purwodadi , Grobogan
Jawa Tengah papan namanya tidak utuh lagi dan pagar pembatas sudah miring.
Sebenarnya
data yang dibutuhkan wisatawan adalah profil obyek yang akan dikunjungi. Hal
ini tentu menjadi tantangan bagi seorang ahli Teknologi Informasi dalam
menyiapkan struktur basis data pariwisata yang akan dibangun supaya
pemanfaatannya optimal. Secara garis besar struktur basis datanya harus sangat
fleksibel untuk mengakomodasi sifat dinamis dari data pariwisata. Disamping itu
pemerintah sebagai pengambil kebijaksanaan dan dunia perhotelan sebagai sarana
penunjang harus mendukung langkah ini
demi kesernergisan untuk menunjang pariwisata. Apapun gencarnya
pemerintah dengan semboyan “visit to
Jateng” misalnya’ tanpa data akurat tentang dunia pariwisata dan penunjang
hanyalah isapan jempol.
Untuk mewujudkan sistem informasi
pariwisata berbasis internet memang tidak begitu mudah seperti yang serba
instant. Data-data yang dibangun perlu kelanjutan dan sumber daya manusia yang
tidak gagap teknologi. Perangkat keras dan perangkat lunak harus tersedia dan
membutuhkan biaya. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras
dan perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang
tepat dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk
pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan
penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh
asalkan biayanya tersedia.
Kebutuhan untuk menyiapkan data
pariwisata seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan
pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata
yang akurat serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu
informasi pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan.
Selain itu untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan
sarana perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya.
Kendala lain adalah sosial budaya
terutama bagi bangsa Indonesia yang kadang mainsetnya tidak mau berubah. Mereka
tidak mau bersusah payah mencari informasi tentang kepariwisataan. Mereka
umumnya datang berombongan sehingga ikut saja dengan paket yang ditawarkan.
Atau di sisi lain karena sebagian besar masyarakat di Indonesia masih belum
bisa menggunakan menggunakan internet. Dunia internet masih dipandang untuk
golongan terpelajar atau kawula muda atau orang kantoran. Padahal dunia
internet akan diperoleh bermacam informasi tentang keinginan kita @
===============================================================
0 komentar:
Posting Komentar