ORANG BIJAK HARUS OPTIMIS


Rabu, 07 Maret 2012

PERANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BAGI DUNIA PARIWISATA KHUSUSNYA DI JAWA TENGAH


Oleh: Haryanto



Seiring dengan padatnya aktivitas manusia karena rutinitas kerja maka kebutuhan untuk mencari tempat refresing semakin dibutuhkan. Tempat refresing atau berlibur bukanlah swalayan, hotel, atau keramaian kota. Tujuan yang dicari adalah tempat yang natural, alami, alam, yang bisa membuang kejenuhan karena (terutama pebisnis) hampir 24 jam waktunya digunakan untuk duduk dikantor dengan segudang pekerjaan atau berkas kertas-kertas. Tak heran waktu libur akan sangat bermanfaat dan kadang ekstremnya tidak boleh diganggu karena ingin bersama keluarga membangun kemesraan sambil membuang penat.

 Untuk mencukupi kebutuhan mereka  diperlukan informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi untuk mencapai daerah tujuan wisata, produk wisata yang diminati dan lain sebagainya. Untuk memperoleh informasi tersebut wisatawan sering mengalami kesulitan karena tidak mengetahui dimana dan pada siapa harus meminta informasi. Singkatnya kebutuhan informasi di bidang pariwisata meningkat dan perlu disiapkan dengan rapi dan terstruktur agar dapat diakses dengan mudah.

Selama ini obyek-obyek wisata di Jawa Tengah hanyalah Candi Borobudur, Lawang Sewu, Gedong Songo dan lain sebagainya. Padahal yang dibutuhkan wisatawan kadang bukan ketenarannya, karena mereka biasanya sudah sering mengunjungi  tetapi yang diutamakan biasanya bagaimana bisa membangun keakraban dengan anak-anak mereka. Maka  obyek wisata yang mereka cari bukanlah yang jaraknya jauh atau prestise tetapi   justru yang bisa membangkitkan kegembiraan dan keceriaan anak-anak mereka. Obyek tersebut semacam permainan/wahana air atau kebun binatang. Namun informasi tersebut kadang  kurang lengkap dan akurat. Misalnya fasilitas kuliner, belanja, dan penginapan.

Selain kebutuhan wisatawan akan informasi yang lengkap, akurat dan mudah didapat, maka pihak lain yang juga membutuhkan data dan informasi tersebut adalah pihak pengelola industri pariwisata dan pemerintah sebagai pihak pengambil keputusan dan penentu kebijakan di bidang pariwisata. Namun penekanan kebutuhan data dan informasi bagi masing-masing pihak berbeda. Jika bagi wisatawan adalah untuk memudahkan mereka menentukan rencana perjalanan wisatanya sementara bagi industri pariwisata dan pemerintah, adanya sistem informasi yang baik sangat membantu mereka untuk tujuan pengambilan keputusan. Suatu Sistem Informasi Manajemen dapat membantu kedua pihak terakhir.
Selama ini pariwisata di beberapa daerah di Jawa Tengah jika dibandingkan dengan Provinsi Yogyakarta atau provinsi Jawa Barat  begitu terpuruk. Lihat saja bagaimana buruknya kondisi Maerokoco (miniaturnya Jawa Tengah); obyek wisata Pantai Marina di Tanjung Emas. Kita pun dapat menilai dari saat-saat liburan sekolah. Bus-bus pariwisata tak sepadat ketika masuk ke kedua provinsi tersebut.  Padahal Semarang misalnya, mempunyai Lawang Sewu, Kota Semarang Lama, musium Roggowarsito, Sam poo Kong, Masjid Agung Jateng, Gereja Blenduk, Vihara watu Gong dan sebagainya.
Sejalan dengan keinginan pemerintah khususnya pemerintah kota Semarang dan pemerintah Provinsi jawa Tengah untuk memajukan industri pariwisata maka tentunya ada keinginan besar untuk menata informasi data pariwisata sebaik-baiknya agar masyarakat yang membutuhkan dapat memperoleh informasi dengan cepat, akurat dan dapat disebarluaskan dengan mudah pula.
Ada berbagai cara untuk menyebar luaskan informasi misalnya  dari mulut ke mulut, radio, surat kabar, televisi dan brosur  Namun, informasi tersebut kelemahannya tidak bisa di akses setiap saat atau setiap waktu saat dibutuhkan. Secara umum SIM merupakan kebutuhan setiap organisasi. Hal ini disebabkan karena data yang disimpan suatu organisasi harus selalu diperbarui dan ditambah, sehingga keberadaannya dapat membantu memberikan keputusan dengan cepat. Untuk bidang pariwisata maka SIM dapat digunakan untuk mengelola data yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan, industri pariwisata maupun pemerintah. Data pariwisata yang banyak dan selalu bertambah membutuhkan pengelolaan yang tepat. SIM memiliki kemampuan untuk membantu mengambil keputusan dan juga menyediakan informasi bagi pengguna data dan informasi pariwisata. Keberadaan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan baik disertai dengan dukungan sistem komputer akan sangat membantu pengelolaan data pariwisata.
Disamping kesiapan dari sistem pengelola data maka orang yang membangun struktur sistem informasi ini harus benar-benar mengerti kebutuhan pengguna data tersebut karena informasi pariwisata memiliki karakteristik data yang sangat beragam, seperti obyek dan daya tarik, data hotel, data sarana transportasi dan data-data faislitas lain, hingga ke data statistik seperti jumlah wisatawan dan pemandu wisatanya, perlu dikelola secara terintegrasi. Data-data ini juga sangat dinamis, sehingga kompleks dalam pemilahannya serta harus diperhatikan masalah keakuratan atau kebenaran datanya. Kegunaan dari setiap data juga harus diperhatikan berdasarkan segmen pasar penggunanya.
Dari sekian banyak teknologi informasi seperti di atas yang dapat diakses dengan mudah dan cepat  adalah internet. Dengan keberadaan internet, pengguna dapat meminta informasi pariwisata untuk suatu daerah dengan hanya mengetikkan nama lokasi alamat internet. Lalu pengguna dapat memilih obyek wisata sesuai kebutuhan dan keinginan yang mungkin bisa berubah setiap saat, Misalnya pengguna sebenarnya ingin ke lokasi X  tetapi ketika mengakses jumlah pengunjung sudah begitu padat. Padahal yang diinginkan adalah ketenangan dan kepuasan, maka sang pengguna dapat mengakses lagi obyek yang pengunjungnya tidak begitu banyak sehingga dapat enjoy dan betul-betul menikmati liburan bersama keluarga..
Selain sebagai media penyedia informasi internet juga dapat memudahkan wisatawan untuk berinteraksi dengan operator pariwisata yang dikehendakinya. Antara lain untuk kepentingan pemesanan kamar hotel, tiket perjalanan, tiket pertunjukan dan mengakses segala kebutuhan informasi pariwisata lainnya sehingga sangat memudahkan dan menghemat biaya serta menghemat waktu karena tidak perlu pergi sendiri ke tempat penjualannya. Walaupun demikian, sampai saat ini operator pariwisata yang telah memanfaatkan internet untuk melayani pelanggannya masih sangat sedikit. Apalagi obyek-obyek yang belum berskala  internasional. Paling-paling kontak hanya melaui person itupun melaui jasa operator.
Oleh karena itu,  tampilan kepariwisataan yang sudah tersedia saat ini, tidak banyak bermanfaat bagi wisatawan, karena yang ditampilkan bukanlah yang dibutuhkan, terlalu umum atau bahkan tidak akurat karena ditampilkan ketika wisatawan sudah berada di tempat. Misalnya jika kita ke obyek candi atau kebun binatang, data kepariwisataan ditulis dalam sebuah baliho atau papan pengumumannya. Bahkan yang paling menyedihkan seperti pernah dilansir TV swasta nasional, obyek wisata bledug Kuwu di Purwodadi , Grobogan Jawa Tengah papan namanya tidak utuh lagi dan pagar pembatas sudah miring.
Sebenarnya data yang dibutuhkan wisatawan adalah profil obyek yang akan dikunjungi. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi seorang ahli Teknologi Informasi dalam menyiapkan struktur basis data pariwisata yang akan dibangun supaya pemanfaatannya optimal. Secara garis besar struktur basis datanya harus sangat fleksibel untuk mengakomodasi sifat dinamis dari data pariwisata. Disamping itu pemerintah sebagai pengambil kebijaksanaan dan dunia perhotelan sebagai sarana penunjang  harus mendukung langkah ini demi kesernergisan  untuk menunjang pariwisata. Apapun gencarnya pemerintah dengan semboyan  “visit to Jateng” misalnya’ tanpa data akurat tentang dunia pariwisata dan penunjang hanyalah isapan jempol. 
Untuk mewujudkan sistem informasi pariwisata berbasis internet memang tidak begitu mudah seperti yang serba instant. Data-data yang dibangun perlu kelanjutan dan sumber daya manusia yang tidak gagap teknologi. Perangkat keras dan perangkat lunak harus tersedia dan membutuhkan biaya. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang tepat dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh asalkan biayanya tersedia.
Kebutuhan untuk menyiapkan data pariwisata seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata yang akurat serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu informasi pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan. Selain itu untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan sarana perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya.
Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia yang kadang mainsetnya tidak mau berubah. Mereka tidak mau bersusah payah mencari informasi tentang kepariwisataan. Mereka umumnya datang berombongan sehingga ikut saja dengan paket yang ditawarkan. Atau di sisi lain karena sebagian besar masyarakat di Indonesia masih belum bisa menggunakan menggunakan internet. Dunia internet masih dipandang untuk golongan terpelajar atau kawula muda atau orang kantoran. Padahal dunia internet akan diperoleh bermacam informasi tentang keinginan kita @
===============================================================

0 komentar:

Posting Komentar

PERANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BAGI DUNIA PARIWISATA KHUSUSNYA DI JAWA TENGAH

Bookmark and Share

Oleh: Haryanto



Seiring dengan padatnya aktivitas manusia karena rutinitas kerja maka kebutuhan untuk mencari tempat refresing semakin dibutuhkan. Tempat refresing atau berlibur bukanlah swalayan, hotel, atau keramaian kota. Tujuan yang dicari adalah tempat yang natural, alami, alam, yang bisa membuang kejenuhan karena (terutama pebisnis) hampir 24 jam waktunya digunakan untuk duduk dikantor dengan segudang pekerjaan atau berkas kertas-kertas. Tak heran waktu libur akan sangat bermanfaat dan kadang ekstremnya tidak boleh diganggu karena ingin bersama keluarga membangun kemesraan sambil membuang penat.

 Untuk mencukupi kebutuhan mereka  diperlukan informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi untuk mencapai daerah tujuan wisata, produk wisata yang diminati dan lain sebagainya. Untuk memperoleh informasi tersebut wisatawan sering mengalami kesulitan karena tidak mengetahui dimana dan pada siapa harus meminta informasi. Singkatnya kebutuhan informasi di bidang pariwisata meningkat dan perlu disiapkan dengan rapi dan terstruktur agar dapat diakses dengan mudah.

Selama ini obyek-obyek wisata di Jawa Tengah hanyalah Candi Borobudur, Lawang Sewu, Gedong Songo dan lain sebagainya. Padahal yang dibutuhkan wisatawan kadang bukan ketenarannya, karena mereka biasanya sudah sering mengunjungi  tetapi yang diutamakan biasanya bagaimana bisa membangun keakraban dengan anak-anak mereka. Maka  obyek wisata yang mereka cari bukanlah yang jaraknya jauh atau prestise tetapi   justru yang bisa membangkitkan kegembiraan dan keceriaan anak-anak mereka. Obyek tersebut semacam permainan/wahana air atau kebun binatang. Namun informasi tersebut kadang  kurang lengkap dan akurat. Misalnya fasilitas kuliner, belanja, dan penginapan.

Selain kebutuhan wisatawan akan informasi yang lengkap, akurat dan mudah didapat, maka pihak lain yang juga membutuhkan data dan informasi tersebut adalah pihak pengelola industri pariwisata dan pemerintah sebagai pihak pengambil keputusan dan penentu kebijakan di bidang pariwisata. Namun penekanan kebutuhan data dan informasi bagi masing-masing pihak berbeda. Jika bagi wisatawan adalah untuk memudahkan mereka menentukan rencana perjalanan wisatanya sementara bagi industri pariwisata dan pemerintah, adanya sistem informasi yang baik sangat membantu mereka untuk tujuan pengambilan keputusan. Suatu Sistem Informasi Manajemen dapat membantu kedua pihak terakhir.
Selama ini pariwisata di beberapa daerah di Jawa Tengah jika dibandingkan dengan Provinsi Yogyakarta atau provinsi Jawa Barat  begitu terpuruk. Lihat saja bagaimana buruknya kondisi Maerokoco (miniaturnya Jawa Tengah); obyek wisata Pantai Marina di Tanjung Emas. Kita pun dapat menilai dari saat-saat liburan sekolah. Bus-bus pariwisata tak sepadat ketika masuk ke kedua provinsi tersebut.  Padahal Semarang misalnya, mempunyai Lawang Sewu, Kota Semarang Lama, musium Roggowarsito, Sam poo Kong, Masjid Agung Jateng, Gereja Blenduk, Vihara watu Gong dan sebagainya.
Sejalan dengan keinginan pemerintah khususnya pemerintah kota Semarang dan pemerintah Provinsi jawa Tengah untuk memajukan industri pariwisata maka tentunya ada keinginan besar untuk menata informasi data pariwisata sebaik-baiknya agar masyarakat yang membutuhkan dapat memperoleh informasi dengan cepat, akurat dan dapat disebarluaskan dengan mudah pula.
Ada berbagai cara untuk menyebar luaskan informasi misalnya  dari mulut ke mulut, radio, surat kabar, televisi dan brosur  Namun, informasi tersebut kelemahannya tidak bisa di akses setiap saat atau setiap waktu saat dibutuhkan. Secara umum SIM merupakan kebutuhan setiap organisasi. Hal ini disebabkan karena data yang disimpan suatu organisasi harus selalu diperbarui dan ditambah, sehingga keberadaannya dapat membantu memberikan keputusan dengan cepat. Untuk bidang pariwisata maka SIM dapat digunakan untuk mengelola data yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan, industri pariwisata maupun pemerintah. Data pariwisata yang banyak dan selalu bertambah membutuhkan pengelolaan yang tepat. SIM memiliki kemampuan untuk membantu mengambil keputusan dan juga menyediakan informasi bagi pengguna data dan informasi pariwisata. Keberadaan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan baik disertai dengan dukungan sistem komputer akan sangat membantu pengelolaan data pariwisata.
Disamping kesiapan dari sistem pengelola data maka orang yang membangun struktur sistem informasi ini harus benar-benar mengerti kebutuhan pengguna data tersebut karena informasi pariwisata memiliki karakteristik data yang sangat beragam, seperti obyek dan daya tarik, data hotel, data sarana transportasi dan data-data faislitas lain, hingga ke data statistik seperti jumlah wisatawan dan pemandu wisatanya, perlu dikelola secara terintegrasi. Data-data ini juga sangat dinamis, sehingga kompleks dalam pemilahannya serta harus diperhatikan masalah keakuratan atau kebenaran datanya. Kegunaan dari setiap data juga harus diperhatikan berdasarkan segmen pasar penggunanya.
Dari sekian banyak teknologi informasi seperti di atas yang dapat diakses dengan mudah dan cepat  adalah internet. Dengan keberadaan internet, pengguna dapat meminta informasi pariwisata untuk suatu daerah dengan hanya mengetikkan nama lokasi alamat internet. Lalu pengguna dapat memilih obyek wisata sesuai kebutuhan dan keinginan yang mungkin bisa berubah setiap saat, Misalnya pengguna sebenarnya ingin ke lokasi X  tetapi ketika mengakses jumlah pengunjung sudah begitu padat. Padahal yang diinginkan adalah ketenangan dan kepuasan, maka sang pengguna dapat mengakses lagi obyek yang pengunjungnya tidak begitu banyak sehingga dapat enjoy dan betul-betul menikmati liburan bersama keluarga..
Selain sebagai media penyedia informasi internet juga dapat memudahkan wisatawan untuk berinteraksi dengan operator pariwisata yang dikehendakinya. Antara lain untuk kepentingan pemesanan kamar hotel, tiket perjalanan, tiket pertunjukan dan mengakses segala kebutuhan informasi pariwisata lainnya sehingga sangat memudahkan dan menghemat biaya serta menghemat waktu karena tidak perlu pergi sendiri ke tempat penjualannya. Walaupun demikian, sampai saat ini operator pariwisata yang telah memanfaatkan internet untuk melayani pelanggannya masih sangat sedikit. Apalagi obyek-obyek yang belum berskala  internasional. Paling-paling kontak hanya melaui person itupun melaui jasa operator.
Oleh karena itu,  tampilan kepariwisataan yang sudah tersedia saat ini, tidak banyak bermanfaat bagi wisatawan, karena yang ditampilkan bukanlah yang dibutuhkan, terlalu umum atau bahkan tidak akurat karena ditampilkan ketika wisatawan sudah berada di tempat. Misalnya jika kita ke obyek candi atau kebun binatang, data kepariwisataan ditulis dalam sebuah baliho atau papan pengumumannya. Bahkan yang paling menyedihkan seperti pernah dilansir TV swasta nasional, obyek wisata bledug Kuwu di Purwodadi , Grobogan Jawa Tengah papan namanya tidak utuh lagi dan pagar pembatas sudah miring.
Sebenarnya data yang dibutuhkan wisatawan adalah profil obyek yang akan dikunjungi. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi seorang ahli Teknologi Informasi dalam menyiapkan struktur basis data pariwisata yang akan dibangun supaya pemanfaatannya optimal. Secara garis besar struktur basis datanya harus sangat fleksibel untuk mengakomodasi sifat dinamis dari data pariwisata. Disamping itu pemerintah sebagai pengambil kebijaksanaan dan dunia perhotelan sebagai sarana penunjang  harus mendukung langkah ini demi kesernergisan  untuk menunjang pariwisata. Apapun gencarnya pemerintah dengan semboyan  “visit to Jateng” misalnya’ tanpa data akurat tentang dunia pariwisata dan penunjang hanyalah isapan jempol. 
Untuk mewujudkan sistem informasi pariwisata berbasis internet memang tidak begitu mudah seperti yang serba instant. Data-data yang dibangun perlu kelanjutan dan sumber daya manusia yang tidak gagap teknologi. Perangkat keras dan perangkat lunak harus tersedia dan membutuhkan biaya. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang tepat dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh asalkan biayanya tersedia.
Kebutuhan untuk menyiapkan data pariwisata seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata yang akurat serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu informasi pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan. Selain itu untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan sarana perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya.
Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia yang kadang mainsetnya tidak mau berubah. Mereka tidak mau bersusah payah mencari informasi tentang kepariwisataan. Mereka umumnya datang berombongan sehingga ikut saja dengan paket yang ditawarkan. Atau di sisi lain karena sebagian besar masyarakat di Indonesia masih belum bisa menggunakan menggunakan internet. Dunia internet masih dipandang untuk golongan terpelajar atau kawula muda atau orang kantoran. Padahal dunia internet akan diperoleh bermacam informasi tentang keinginan kita @
===============================================================

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar


Followers

 

Blog Haryanto | Copyright © 2011
Designed by Rinda's Templates | Picture by Wanpagu
Template by Blogger Platform