(sebuah pemikiran tentang Buku Induk Siswa)
Oleh: Haryanto
Dalam era globalisasi sekarang ini begitu mudahnya dan
cepatnya suatu berita yang terjadi di seberang pulau yang jauh bisa didengar
dan dilihat melalui tayangan Televisi, baik berita hiburan maupun kasus menonjol di bidang kriminal seperti pembunuhan terorisme dan pembunuhan.
Sering reporter mencari berita tentang masa-masa sekolah tokoh-tokoh tersebut.
Alhasil, pihak sekolah kadang kesulitan membuka tabir murid mereka dengan
membuka buku induk.
Di dunia pendidikan sekarang ini sudah dibangun system
informasi tentang data siswa secara
nasional dengan diterbitkan Nomor Induk Siswa Nasional sehingga di suatu sekolah dapat diketahui berapa
jumlah siswanya. Sayangnya, informasi itu hanya sebatas di situ. Ketika siswa
telah lulus maka tidak ter up date lagi. Hanya siswa yang melanjutkan ke
sekolah yang lebih atas dapat terdeteksi
karena menggunakan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) sementara yang putus sekolah tidak bisa terdeteksi.
Oleh
karena itu, system manajemen perlu dibangun. Selama ini pemerintah hanya meminta
daftar nominasi peserta Ujian Nasional. Sementara data lengkap hanya di pihak
sekolah yang disebut buku induk. Buku
Induk yang memuat data siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 di jenjang SD dan
kelas 7 sampai kelas 9 di tingkat SLTP, serta kelas 10 sampai kelas kelas 12
untuk tingkat SMA/SMK hanya ditulis manual. Data-data tersebut berisi biodata
tentang siswa; tahun berapa masuk ke sekolah; dan nilai-nilai. Lengkap juga
dengan catatan jika anak itu drop out.
Buku
induk tersebut hanya dokumen mati yang akan berguna jika suatu saat dibuka
karena suatu masalah. Pengguna harus datang ke sekolah dan bertanya angkatan ke
berapa?. Tapi bagaimana jadinya jika seorang siswa sudah lulus puluhan tahun
dan dengan tenaga administrasi yang
telah mengalami pergantian ? lalu buku
itupun tidak lagi sempurna atau utuh karena suatu sebab? Padahal misalnya pihak
kepolisian akan kros cek tentang pelaku terorisme. Tentu saja akan kesulitan
dan banyak kendala.
Sudah
saatnya pihak sekolah membangun sistem informasi pada buku induk yang dapat
diakses semua pihak, baik alumni, siswa sendiri, orang tua, tentang siswa yang
berada di sekolah. Dengan kemajuan teknologi, data-data siswa di buku induk
yang ditulis tangan dapat berdampingan dengan menggunakan system informasi
manajemen.Hal ini untuk membantu mendapatkan data secara cepat dan akurat. Data siswa yang banyak dan selalu bertambah
membutuhkan pengelolaan yang tepat. SIM memiliki kemampuan untuk membantu
mengambil keputusan dan juga menyediakan informasi bagi pengguna data dan
informasi kependidikan tanpa harus berganti buku dan dipandang lebih praktis.
Keberadaan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan baik disertai
dengan dukungan sistem komputer akan sangat membantu pengelolaan data buku
induk siswa.
Disamping
itu kesiapan dari sistem pengelola data maka orang yang membangun struktur
sistem informasi ini harus benar-benar mengerti kebutuhan pengguna data
tersebut karena informasi dunia pendidikan memiliki karakteristik data yang
sangat beragam, seperti dalam satu semester kadang ada anak yang masuk/pindah
dari sekolah lain di kelas 8 SMP (misalnya) praktis nilai untuk kelas 7 tidak
ada karena berada di sekolah lain dan sekolah lain yang mempertanggungjawabkan.
Di samping itu jumlah kelas dan mata pelajaran kadang berubah. Maka data-data itu
menjadi dinamis dan kompleks dalam
pemilahannya serta harus diperhatikan masalah keakuratan atau kebenaran
datanya. Kegunaan dari setiap data juga harus diperhatikan berdasarkan segmen
pasar penggunanya.
Secara
umum teknologi informasi akan sangat bermanfaat dalam penyajian informasi yang
cepat, mudah dan akurat yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah, alumni, orang
tua dan sekolah sendiri. Salah satu dari sekian banyak teknologi informasi yang
bermanfaat dan dapat diakses dengan mudah dari manapun adalah internet.
Internet menghubungkan sejumlah komputer menjadi suatu jaringan komputer.
Hubungan antara komputer ini dapat melalui jaringan telepon biasa, atau
jaringan digital khusus, sehingga dengan keberadaan jaringan telepon yang dapat
menghubungkan lokasi-lokasi yang berbeda seberapapun jauhnya, maka dengan
komputer yang tersambung ke jaringan komputer kita dapat mengakses data dari
lokasi yang berjauhan. Dengan keberadaan internet, pengguna dapat meminta
informasi pariwisata untuk suatu daerah dengan hanya mengetikkan nama lokasi
alamat internet.
Keuntungan
penggunaan internet adalah ketersediaan selama 24 jam, tidak mengenal lelah
serta adanya jaminan privasi. Pencarian informasi yang sangat cepat dan mudah
dapat dilakukan dengan fasilitas search
engine, serta adanya direktori internet secara online. Dengan sekian banyak
fasilitas, tentunya informasi khususnya tentang siswa akan dapat diakses dan disebarluaskan dengan
sangat cepat dibandingkan dengan mencari buku induk. Misalnya seorang alumni
membutuhkan data teman-temanya dua angkatan untuk mengadakan reuni. Tentunya dengan
cara mengetik nama sekolah, angkatan lulus atau angkatan masuk akan diperoleh
data nama-nama siswa. Sekalipun pengaksesan data dilakukan di luar negeri.
Dari
pihak pemerintah pun dapat mengetahui secara cepat dan tepat jumlah anak yang
sekolah dan drop out karena dengan
teknologi internet jelas data siswa tiap bulan akan dapat dipantau. Di samping
itu pemerintah dapat melakukan pemetaan penyebaran jumlah anak yang sekolah.
Atau istilahnya pemerintah dapat mengetahui sekolah
gemuk atau sekolah kurus sehingga
bantuan tidak salah masuk dan tidak ada lagi sekolah yang bangunanya sampai
ambruk.
Sistem
informasi ini juga dapat dikembangkan dengan akses perkembangan nilai anak.
Orang tua dari rumah dapat mengakses situs sekolah tentang hasil belajarnya putranya. Jika ada
penurunan nilai, maka orang tua dapat mengambil langkah-langkah pembelajaran anak. Secara komulatif dapat memprediksi nilai raport anak. Jika perlu dan ada persetujuan nilai raport
tidak perlu dicetak tetapi cukup ditayangkan melalui internet. Langkah ini
tentu tidak mempertimbangkan atau
mengesampingkan nilai akhlak dan kepribadian
sebagai ciri karakter yang ingin dibangun dalam dunia pendidikan. Namun
setidaknya dalam batasan nilai siswa ditayangkan melalui internet akan meberi
motivasi bagi siswa dan orang tua.
Ide-ide
di atas membutuhkan pemikiran karena selama ini tidak semua orang tua
siswa paham internet. Tapi paling tidak
putranya yang di sekolah sudah diajari internet dapat mengakses nilainya setiap
saat dan dilaporkan ke orang tua dengan kejujuran. Dan pihak sekolah dalam hal
ini, tidaklah terlalu sulit karena
hampir sekolah sekarang di tingkat SMP, SLTA sudah mempunyai situs internt
tentang sekolahnya. ***
.
iC � t i ps s or
pariwisata yang telah memanfaatkan internet untuk melayani pelanggannya masih
sangat sedikit. Apalagi obyek-obyek yang belum berskala internasional. Paling-paling kontak hanya
melaui person itupun melaui jasa operator.
Oleh
karena itu, tampilan kepariwisataan yang
sudah tersedia saat ini, tidak banyak bermanfaat bagi wisatawan, karena yang
ditampilkan bukanlah yang dibutuhkan, terlalu umum atau bahkan tidak akurat
karena ditampilkan ketika wisatawan sudah berada di tempat. Misalnya jika kita
ke obyek candi atau kebun binatang, data kepariwisataan ditulis dalam sebuah
baliho atau papan pengumumannya. Bahkan yang paling menyedihkan seperti pernah
dilansir TV swasta nasional, obyek wisata bledug Kuwu di Purwodadi , Grobogan
Jawa Tengah papan namanya tidak utuh lagi dan pagar pembatas sudah miring.
Sebenarnya
data yang dibutuhkan wisatawan adalah profil obyek yang akan dikunjungi. Hal
ini tentu menjadi tantangan bagi seorang ahli Teknologi Informasi dalam
menyiapkan struktur basis data pariwisata yang akan dibangun supaya
pemanfaatannya optimal. Secara garis besar struktur basis datanya harus sangat
fleksibel untuk mengakomodasi sifat dinamis dari data pariwisata. Disamping itu
pemerintah sebagai pengambil kebijaksanaan dan dunia perhotelan sebagai sarana
penunjang harus mendukung langkah ini
demi kesernergisan untuk menunjang pariwisata. Apapun gencarnya
pemerintah dengan semboyan “visit to
Jateng” misalnya’ tanpa data akurat tentang dunia pariwisata dan penunjang
hanyalah isapan jempol.
Untuk mewujudkan sistem informasi
pariwisata berbasis internet memang tidak begitu mudah seperti yang serba
instant. Data-data yang dibangun perlu kelanjutan dan sumber daya manusia yang
tidak gagap teknologi. Perangkat keras dan perangkat lunak harus tersedia dan
membutuhkan biaya. Biaya ini bukan hanya dari segi pembelian perangkat keras
dan perangkat lunak, tetapi juga biaya penyiapan informasi pariwisata yang
tepat dan relevan. Setelah penyiapan dilakukan, juga diperlukan biaya untuk
pemeliharaan, mengingat data pariwisata sangat dinamis sehingga membutuhkan
penanganan yang seksama. Kebutuhan perangkat lunak lebih mudah diperoleh
asalkan biayanya tersedia.
Kebutuhan untuk menyiapkan data
pariwisata seperti di atas yang harus dapat disimpan secara baik bukan
pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan masih sulitnya mencari data pariwisata
yang akurat serta langkanya ahli pariwisata. Kita tidak dapat mengisi suatu
informasi pariwisata dengan data pariwisata yang seadanya atau asal-asalan.
Selain itu untuk dapat melakukan interaksi dengan internet tentunya diperlukan
sarana perangkat keras yang memadai dan jaringan komputernya.
Kendala lain adalah sosial budaya
terutama bagi bangsa Indonesia yang kadang mainsetnya tidak mau berubah. Mereka
tidak mau bersusah payah mencari informasi tentang kepariwisataan. Mereka
umumnya datang berombongan sehingga ikut saja dengan paket yang ditawarkan.
Atau di sisi lain karena sebagian besar masyarakat di Indonesia masih belum
bisa menggunakan menggunakan internet. Dunia internet masih dipandang untuk
golongan terpelajar atau kawula muda atau orang kantoran. Padahal dunia
internet akan diperoleh bermacam informasi tentang keinginan kita @
===============================================================